BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dari katanya bahwa psikologi terdiri dari dua kata yang mempunyai arti. Psikologi ini merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Dimana ilmu ini sangat penting untuk kita pelajari sebagai mahasiswa dan mahasiswi Pendidikan Agama Islam yang akan di aplikasikan nanti kalau sudah masuk dunia mengajar dan terjun di masyarakat. Perhatian pada psikologi yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman- pengalaman mereka sendiri. Maka bagaimana perhatian tentang perhatian psikologi umum. Pengamatan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang cerdas. terjadi terhadap suatu proses dengan maksud merasakan dan memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan. Penanggapan itu umumnya pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran. Dalam makalah ini akan dibahas satu persatu tentang perhatian terhadap psikologi umum beserta pengamatan dan tanggapannya.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakanag yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: Apa yang dimaksud dengan Psikologi ? Apa yang dimaksud dengan Perhatian Psikologi Umum ? Apa yang dimaksud dengan Pengamatan Psikologi Umum ? Bagaimana Tanggapan mengenai Psikologi Umum ?
C. Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang bab Perhatian, Pengamatan dan Tanggapan Psikologi Umum ini, yaitu: Mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami arti dari Psikologi itu sendiri. Mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami tentang perhatian dari psikologi umum ini. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengamati psikologi umum ini. Mahasiswa dan mahasiswi mampu memberikan tanggapan tentang psikologi umum ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang sudah mulai berkembang sejak abad 17 dan 18 serta nampak pesat kemajuannya pada abad 20. Pada awalya ilmu ini adalah bagian daripada filsafat sebagaimana pula ilmu-ilmu yang lain seperti misalnya ilmu hukum tatanegara maupun ilmu ekonomi, namun kemudian memisahkan diri dan berdiri sebagai ilmu tersendiri[1]. Semuanya itu bersumber dari tuhan yang maha esa sebagai pencipta segala sesuatu,dan hasil ciptaan itulah yang menjadi obyek atau sasaran dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Karenanya sebagai sumber ilmu pengetahuan adalah tuhan yang Maha Esa. Yang lahir pertama kali adalah filsafat, yang membahas hakekat segala sesuatu. Dari padanya lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan, oleh karna itu dalam semua ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itu akan dijumpai tokoh-tokoh filsafat kuno seperti, socrates, plato dan aristoteles yang ikut mengembangkan fikiran dan penemuannya dalam ilmu-ilmu tersebut sehinga tokoh-tokoh nanti akan dijumpai juga dalam mempelajari psikologi serta cabang-cabang psikologi [2] . “Psikologi“ berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang artinya jiwa, dan ”Logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latarbelakangnya [3] . Menurut Rosleny Marliany[4] psikologi dapat diartikan ilmu jiwa. Makna ilmu jiwa bukan mempelajari jiwa dalam pengertian jiwa sebagai soul atau roh, tetapi lebih mempelajari kepada gejala-gejala yang tampak dari manusia yang ditafsirkan sebagai latar belakang kejiwaan seseorang atau spirit dari manusia sebagai mahluk yang berjiwa. Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan pandangan bahwa setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya [5] . Sesungguhnya tiap- tiap orang perlu sekali mengetahui dasar Ilmu jiwa umum, dalam pergaulan hidup sehari-hari, Ilmu jiwa perlu sebagai dasar pengetahuan untuk dapat memahami jiwa orag lain. Kita dapat mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati. Gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan disebut tanggapan, pemakalah disini akan mengupas habis tentang masalah tanggapan dan hal-hal yang ada disekitarnya. B. Perhatian Perhatian diambil dan dimliki oleh pikiran, perhatian tersebut dicerna dalam bentuk yang jelas dan tajam, pencernaan perhatiaan tersebut salah satunya dapat dimungkinkan secara bersamaan atau banyak objek, bisa disebut juga kereta pemikiran karena bisa diakukan berulang-ulang. Banyak objek yang dimaksud yaitu banyak yang diperhatikan. Karena kita banyak perhatian ke banyak objek maka kita akan setres [6] . Perhatian adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Perhatian timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses pengamatan. Bahakan orang dapat tiba, tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya [7] . Perhatian dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Proses perhatian kadang- kadang tidak berjalan atas dasar logis rasional, melainkan berdasakan penilaian perasaan. Salah satu contohnya orang tiba-tiba tertarik dengan orang lain, seakan-akan dengan sendirinya. Tertariknya ini tidak pada salah satu cirri tertentu dengan orang itu, tapi keseluruhan cirri pola tingkah lakunya [8] . Proses perhatian dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua atau lebih orang. Misalnya hubungan cinta kasih antara manusia, biasanya didahului dengan perhatian. Dengan demikian perhatian hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian [9] . Tokoh-tokoh teori individualism, Adam Smith (1759) dan Herbert Spencer (1870) menerangkan Prinsip- prinsip perhatian untuk menerangkan tindakan- tindakan yang semata-mata mengejar keuntungan sendiri atas dasar pikiran, tetapi juga dikemudikan oleh perhatian terhadap orang lain, yang tanpa itu sebenarnya kehidupan sosial itu tidak mungkin ada[10] . Adam Smith[11] membedakan dua bentuk dasar daripada perhatian :
1. Yang menimbulkan respons yang cepat hamper seperti reflex. Misalnya : Kalau kita melihat orang dipukul tongkat dengan keras kita merasa ngeri. Bila kita melihat pemain akrobat yang sedang berjalan di atas tali yang tinggi,kita merasa tegang. Jika melihat demontrasi terjun paying yang tidak mengembang, kita memejamkan mata.
2. Yang sifatnya lebih intelektual kita dapat perhatian terhadap seseorang, meskipun kita tidak merasakan sebagai yang ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan perhatian bila seseorang berhasil dalam usahanya, walaupun kita sendiri tidak berhasil atau susah. Menurut Herbert Spencer [12] (1870) bahwa perhatian terdiri dari dua bentuk, yaitu : 1. Prespectively presentative yang cepat seperti reflex. 2. Representative (yang sadar refleksif). Theodore Ribot [13] (1897) pengarang buku yang berjudul Psychology of the Emotion, ia menekankan pada peranan perhatian yang dikatakan sebagai a foundation of all social existence.
Ribot membagi perhatian menjadi 3, yaitu :
1. Type primitive atau otomatis, yang dapat diterangkan dengan respon bersyarat.
2. Refleksif, yang mana seseorang sadar dalam dirinya terhadap keadaan jiwanya. Ia tahu, bahwa ia merasa apa yang dirasakan orang lain, biarpun ia sendiri tidak mengalaminya.
3. Type yang intelektual, yaitu rasa setia, rasa toleran, dan philantropi: bentuk ini tidak diarahkan pada orang tertentu, tetapi mempunyai corak-corak yang lebih umum dan abstrak.
Menurut Max Scheler [14] perhatian itu dibagi dalam delapan bentuk, yaitu:
1. Einfuhlung, yaitu proses yang primitif, proses refleks sepertiyang dikatakan oleh smith, Spencer, Ribot, dan lain- lain. Jika diterjemahkan dalam bahasa inggris mungkin dengan kata: empathy yang menunjukan motor tiruan, yang tidak didasarkan padadasar pikiran.
2. Meiteinander fuhlung. Yang menekankan pada pengertian “perasaan spontan” yaitu kalau dua orang atau lebih bereaksi dengan cara yang sama pada rangsangannya yang sama (misalnya reaksiyangdiberikan penonton bioskop).
3. Gefuhls anstechung. Menunjukan tertekannya perasaan melalui induksi dan tidak sosial seperti mobs.
4. Einsfuhlung. Yaitu kalau terjadi pengamatn perasaan misalkan anak bermain boneka mengamati ibunya.
5. Nachfuhlung. Ini lebih disadari dan dibedakan seperti pernyataan: “saya tahu apa yang engkau rasakan”. Dalam hal semacam ini kita dapat membedakan dengan jelas perasaan kita sendiri dengan perasaan orang lain.
6. Mitgefuhl. Yaitu bila orang dapat dengan tepat menimbang perasaan orang lain dan biasanya menilainya secara positif.
7. Menshenliebe. Yaitu kalau orang tidak hanya mengetahui keadaan jiwa orang lain, tetapi menaruh hormat kepadanya.
8. Akomische Person und Gottes liebe. Yaitu perhatian yang mistis yang menjadi dasar religi dan pandangan hidup kesatuan jiwa dengan Tuhan. Jadi menurut Prof. F. Patty dkk menyimpulkan bahwa perhatian harus bertumpu / Fokus pada satu objek agar perhatian tersebut dapat menghasilkan out put atau informasi yang jelas. Dengan demikian kecepatan dan kemudahan menemukan informasi akan dapat diperoleh [15] .
C. Pengamatan Pengamatan
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Misalnya pengamatan seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama dengan ibunya. Proses pengamatan ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian irrasional, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga pengamatan berguna untuk melengkapi system norma- norma, cita-cita dan pedoman- pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu [16] . Menurut Agus Sujanto [17] dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum mengatakan bahwa pengamatan dalam psikologi adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. Mengamati sesuatu dengan menggunakan alat-alat indra kita. Yaitu :
1. Indra penglihatan.
2. Indra pendengar.
3. Indra pembau.
4. Indra perasa atau pengecapan. 5. Indra peraba.
6. Indra keseimbangan.
7. Indra perasa urat daging (kinestesi).
8. Indra perasa jasmaniah (organis).
Menurut pengamatan itu melalui tiga saat[18] :
1. Saat alami (saat physis) : saat indra kita menerima perangsang dari alam luar.
2. Saat jasmani (saat physiologis) : saat perangsang itu diteruskan oleh urat syaraf sensorik ke otak.
3. Saat rohani (saat psychis) : saat sampainya perangsang itu ke otak, kita menyadari perangsang itu dan bertindak. Adapun syarat-syarat terjadinya pengamatan [19] adalah :
1. Ada perhatian kita kepada perangsang itu.
2. Ada perangsang yang mengenai alat indera kita.
3. Urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak.
4. Kita dapat menyadari perangsang itu. D. Tanggapan Secara tepat tanggapan belum bisa didefenisikan. Hanya dapat didefinisikan secara garis besar dan bersifat umum. Jadi tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati [20] . Penanggapan itu umumnya ialah pengalaman kembali atau pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran. Jadi tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan[21] . Tanggapan erat hubungannya dengan berfungsinya ingatan, ketetapan dan kejelasan.
Tanggapan tergantung pada derajat kompleksitas situmulus yang asli dan pada ketelitian pengamatan indra, serta pada faktor ingatan yaitu [22] :
1. Tanggapan Reproduksi Suatu tanggapan dianggap sebagai reproduktif, bila tanggapan itu menunjukkan pengingatan kembali suatu benda, kejadian, atau situasi, yang memberikan suatu pengalaman sensoris atau pengamatan masa lalu. Setiap hal dari pengindraan dapat terlibat. Suatu tanggapan ingatan mungkin berupa pendengaran, penglihatan, suhu. Rasa sakit, penciuman, atau kinestesis. Suatu tanggapan yang diiangat tentang pngalaman-pengalaman lalu cenderung berbeda- beda dalam kejelasannya sesuai dengan kesederhanaa nya atau kekompleksannya, dan juga sesuai dengan jumlah pengalaman mengenai situasi pengindraan yang asli. Misalnya, tanggapan uang logam lima sen akan jauh lebih jelas untuk sebagian besar orang- orang dari pada ruang tamu seorang teman.
2. Tanggapan Imaginer Tanggapan bukanlah selalu hanya reproduksi pengalaman-pengalaman lalu. Banyak gambaran- gambaran mental (Tanggapan) adalah hasil dari suatu syntese pengalaman-penglaman masa lalu, hal ini disebut tanggapan imaginer yang berdasar kepada penglaman-penglaman lalu, tetapi yang mengambil suatu bentuk baru dan dapat dianggap sebagai “Penemuan, pembacaan hasil-hasil fiktif (khayalan dan arsitik) adalah contoh- contoh dari jenis tanggapan ini. Mimpi malam dan siang hari meliputi tanggapan reprodukti dan sintetis.
3. Tanggapan Halusinasi Unsur-unsur emosi mimpi menjadi faktor- faktor yang kuat dalam perkembangan halusinasi. Tanggapan halusinasi meliputi pembentukan gambaran-gambaran yang tak berhubungan dengan kenyataan tetapi yang di proyeksi kepada dunia yang nyata. Dalam bentuk- bentuk tartuntu gangguan emisional yang keras, misalnya, pasien dapat melapurkan melihat malaikat atau mendengar suara-suaranya.
4. Tanggapan Editis Ada sementara orang yang sudah mengamati sesuatu mendapatkan tanggapan yang sangat jelas dan ingat betul sampai mendetail. Tanggapannya sangat terang seterang pengamatan. Tanggapan semacam ini disebut Tanggapan Editis. Menurut prosesnya, tanggapan berlainan dengan pengamatan. Ada perbedaan antara pengamatan dan tanggapan [23] , diantaranya yaitu :
1. Pengamatan masih memerlukan perangsang, sedang tanggapan tidak lagi.
2. Pengamatan memerlukan tempat dan waktu tertentu, sedangkan tanggapan tidak lagi.
3. Pengamatan lebih jelas daripada tanggapan. Adapun persamaan di antara tanggapan dan pengamatan. Persamaannya yaitu keduanya berlangsung selama masih ada perhatian dan bersifat perseorangan[24] . Dengan indra kita dapat mengamati segala sesuatu. Sehingga di dalam kesadaran kita tinggalah tanggapan. Karena itu kita dapat mengingat kembali apa yang kita indra. Tiap-tiap orang mempunyai tanggapan sendiri-sendiri, biasanya digolongkan menjadi beberapa tipe, diantaranya yaitu[25] :
1. Tipe visual. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dilihatnya.
2. Tipe auditif. Artinya orang itu dapat mengingat dengan baik sekali bagi apa yang telah didengarnya.
3. Tipe motorik. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dirasakan geraknya.
4. Tipe taktil. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala yang telah dirabanya.
5. Tipe campuran. Artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja, dan mempunyai ingatan yang sama kuatnya buat segala yang telah pernah di inderanya. Dengan tanggapan kita dapat mengasosiasi dan mereproduksi. Dalam artian mengasosiasi adalah sangkut paut antara tanggapan- tanggapan dan saling mereproduksi. Sedangkan mereproduksi adalah daya jiwa kita yang dapat menimbulkan tanggapan- tanggapan kesadaran kita[26] .
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan pemaparn yang telah dijelaskan di atas. Maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
2. Perhatian merupakan perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Perhatian timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses pengamatan.
3. Pengamatan dalam psikologi adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.
4. Didefinisikan secara garis besar dan bersifat umum bahwa tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati.
B. Rekomendasi Dalam pembahasan Perhatian,Pengamatan dan Tanggapan Psikologi Umum ini tentu kita sebagai mahluk individual dan sosial tidak akan lepas sesuai dengan apa yang kita rasakan. Ternyata jiwa yang kita rasakan ini berawal dari perhatian terhadap jiwa, kemudian kita mengamati dan mampu memberikan tanggapan. Namun kita harus dapat mengolah jiwa ini dengan baik agar jiwa kita ini bisa menjadi baik. Kami minta maaf kepada semua pihak apabila dalam penyusunan makalah ini masih ada kata atau apa saja yang menyinggung perasaan pembaca. Kami selaku penyusun akan menerima kritikan dan saran dari pembaca dengan lapang dada dengan tujuan agar makalah ini bisa lebih baik lagi. Amin.
Lampiran 1
DAFTAR PUSTAKA
Patty MA, Prof. F. Dkk. 1982. Pengantar Psikologi Umum . Usaha Nasional : Surabaya. Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. CV Pustaka Setia : Bandung. Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta : Jakarta. Sujanto, Agus. 2005. Psikologi Umum. Pustaka Bani Quraisy : Bandung. Ardhana, Sudarsono. 1963. Pokok- Pokok Ilmu Jiwa Umum . Usaha Nasional : Surabaya. No. Hp : 085764458145 Nama : jaya purnama Tugas psikologi.universitas tulang bawang
Comments
Post a Comment
Berkomentarlah yang baik dan sopan